PMS Automech Racing Team Raih Tempat Ke-5!
Politeknik Muadzam Shah telah berjaya mencatat kedudukan di tempat ke-5 dari 36 jentera yang dipertandingkan merangkumi 24 institusi pendidikan IPTA dan IPTS seluruh Malaysia.
Pelajar Politeknik Muadzam Shah Cipta E-Tajwid Untuk Android!
Boleh dikatakan terdapat pelbagai aplikasi bercorak pembelajaran agama untuk para pengguna Android, dan salah satunya adalah aplikasi E-Tajwid untuk Android.
Pekan Sungai Lembing Bakal Bandar Pelancongan!
"Pekan Sungai Lembing Bakal Bandar Pelancongan" berjaya memasuki ruangan Berita Harian pada 22 Mac 2013 yang lalu.
Program Imam Muda Musim 1 Politeknik Muadzam Shah!
Sekalung tahniah kepada penganjur program yang begitu bermanfaat ini.
Showing posts with label kisah-kisah rasul. Show all posts
Showing posts with label kisah-kisah rasul. Show all posts
Home » Posts filed under kisah-kisah rasul
Edisi Informasi! Abu Hurairah bak mutiara!
Oleh Kaki Wayang on
MAKAM Abu Hurairah yang terletak di tengah-tengah Suoq Hamidiyah, Damsyiq, Syria.
ABU Hurairah r.a, sahabat Nabi Muhammad SAW, dikatakan biasa berpuasa
sunat tiga hari pada setiap awal bulan Qamariah (bulan Arab dalam tahun
Hijrah) dan mengisi malamnya dengan membaca al-Quran dan solat tahajud. Beliau akrab dengan kemiskinan dan sering mengikat batu di perutnya
untuk menahan lapar. Dalam sejarah, beliau dikenal sebagai tokoh yang
paling banyak meriwayatkan hadis. Orang mengenalinya sebagai Bapa Kucing
Kecil (Abu Hurairah).
Abu Hurairah adalah sahabat yang sangat akrab dengan nabi. Beliau
dikenal sebagai salah seorang ahli suffah, iaitu golongan fakir yang
tinggal di wakaf masjid (pondok ini juga diperuntukkan bagi para musafir
yang ingin bermalam). Begitu rapatnya beliau dengan nabi sehingga baginda selalu memanggil
Abu Hurairah untuk mengumpulkan ahli suffah, jika ada makanan yang
hendak diagihkan.
Abu Hurairah adalah salah seorang 'tokoh kaum fakir.' Beliau sering
berada dalam keadaan kelaparan. Tetapi beliau terkenal sebagai tokoh
yang teguh berpegang pada sunnah Rasulullah SAW. Beliau sering
menasihati orang agar jangan hanyut dalam kehidupan duniawi dan dorongan
hawa nafsu. Beliau tidak membezakan antara golongan kaya dengan golongan miskin,
pembesar negeri atau rakyat jelata dalam menyampaikan kebenaran.
Malah selalu bersyukur kepada Allah sama ada dalam keadaan susah mahupun senang. Pemilik nama Abdul Rahman (versi lain Abdul Syams) ibn Shakhr
Ad-Dausi itu juga terkenal sebagai seorang yang periang dan suka
berlawak. Beliau banyak menulis anekdot. Beliau juga terkenal dengan sifatnya yang suka menghibur anak-anak kecil dan menyayangi anak-anak kucing. Ke mana-mana sahaja pergi, beliau akan membawa haiwan itu sehingga
julukan Abu Hurairah (bapa kucing kecil) melekat pada dirinya.
Usianya muda 30 tahun daripada Rasulullah SAW. Beliau lahir di Daus,
sebuah perkampungan miskin di padang pasir Yaman. Hidup di tengah-tengah
kabilah Azad, beliau menjadi yatim sejak kecil - yang membantu ibunya
menjadi penggembala kambing. Beliau memeluk Islam tidak lama setelah berhijrah ke Madinah pada
tahun ketujuh Hijrah, bersamaan dengan rancangan keberangkatan Nabi SAW
ke medan Perang Khaibar.
Bagaimanapun, ibunya enggan memeluk Islam. Malah ibunya pernah
menghina Nabi SAW. Hal ini membuatkan Abu Hurairah berasa sedih. Oleh
sebab itu, beliau memohon kepada Rasulullah agar berdoa moga-moga pintu
hati ibunya terbuka untuk memeluk Islam. Tidak berapa lama Abu Hurairah kembali menemui ibunya, memujuk ibunya
memeluk Islam. Ternyata ibunya telah berubah, bersedia mengucapkan dua
kalimat syahadah.
Abu Hurairah berhijrah ke Madinah untuk mengadu nasib. Di sana beliau
melakukan pelbagai pekerjaan - menjadi buruh kasar bagi sesiapa yang
memerlukan tenaganya. Seringkali beliau terpaksa mengikatkan batu di
perutnya bagi menahan kelaparan yang bukan kepalang. Begitu cintanya beliau kepada Rasulullah sehingga sesiapa yang
disayangi oleh nabi, beliau akan turut menyayanginya. Misalnya, beliau
suka mencium Hassan dan Hussain kerana selalu melihat Rasulullah mencium
kedua-dua cucu baginda itu.
Tatkala kediaman Khalifah Uthman ibn Affan dikepung pemberontak, dalam peristiwa yang dikenal sebagai al-Fitnatul Kubra
(bencana besar), Abu Hurairah bersama 700 orang Muhajirin dan Ansar
mengawal rumah tersebut dengan penuh taat setia yang tidak berbelah
bahagi terhadap khalifah. Pada era pemerintahan Khalifah Ali bin Abu Talib, Abu Hurairah
ditawar menjadi gabenor di Madinah. Bagaimanapun, beliau menolak. Ketika
terjadi persengketaan antara Saidina Ali dengan seterunya, Muawiyah bin
Abu Sufyan, Abu Hurairah mengambil keputusan untuk bersikap neutral.
Hinggalah era Muawiyah berkuasa, Abu Hurairah bersedia menjadi
gabenor di Madinah. Bagaimanapun, terdapat versi lain mengatakan, Marwan
bin Hakam merupakan orang yang memujuk Abu Hurairah bertugas sebagai
pembantunya di pejabat gabenor Madinah. Abu Hurairah menghembus nafas terakhir pada 57 atau 58 H (676-678 M)
dalam usia 78 tahun di Madinah. Beliau meninggalkan warisan yang amat
berharga, iaitu sejumlah 5,374 hadis Nabi Muhammad SAW yang terus
bersinar bak butiran mutiara yang memancarkan kilauan cemerlang hingga
ke hari ini.
Edisi Kisah Nabi! Kisah Seorang Wanita tua Dengan Rasullallah S.A.W!
Oleh Kaki Wayang on
Seorang wanita tua yang sedang melintasi gurun
pasir dengan membawa beban yang berat. Walaupun tampak sangat kepayahan,
namun ia tetap berusaha membawa barang bawaannya dengan sekuat tenaga.
Tak lama kemudian, seorang laki-laki muda datang dan menawarkan diri
untuk mengangkat bawaannya. Wanita malang itu menerima tawaran tersebut
dengan senang hati. Laki-laki itu pun mengangkat bawaannya kemudian
mereka berjalan beriringan.
“Senang sekali kamu mau membantu dan menemani, saya sangat menghargainya”, kata wanita itu. Ternyata ia adalah seorang wanita yang senang berbicara. Laki-laki itu pun dengan sabar mendengarkan sambil tersenyum tanpa pernah menginterupsinya. Suatu saat dia berkata pada laki-laki tersebut, “Anak muda, selama kita berjalan bersama, saya hanya punya satu permintaan. Jangan berbicara apapun tentang Muhammad! Gara-gara dia, tidak ada lagi rasa damai dan saya sangat terganggu dengan pemikirannya. Jadi sekali lagi, jangan berbicara apapun tentang Muhammad!”.
Dia lalu melanjutkan lagi, “Orang itu benar-benar membuat saya kesal. Saya selalu mendengar nama dan reputasinya kemanapun saya pergi. Dia dikenal berasal dari keluarga dan suku yang terpercaya, tapi tiba-tiba dia memecah belah orang-orang dengan mengatakan bahwa tuhan itu satu.”
“Dia menjerumuskan orang yang lemah, orang miskin, dan budak-budak. Orang-orang itu berpikir mereka akan dapat menemukan kekayaan dan kebebasan dengan mengikuti jalannya,” wanita itu melanjutkan dengan kesal. “Dia merusak anak-anak muda dengan memutarbalikkan kebenaran. Dia meyakinkan mereka bahwa mereka kuat dan bahwa ada suatu tujuan yang bisa diraih. Jadi anak muda, jangan sekali-kali kamu berbicara tentang Muhammad!”
Tak lama kemudian, mereka sampai ke tempat tujuan. Laki-laki itu menurunkan barang bawaannya. Wanita tua itu menatapnya sambil tersenyum penuh terima kasih. “Terima kasih banyak, anak muda. Kamu sangat baik. Kemurahan hati dan senyuman kamu itu sangat jarang saya temukan. Biarkan saya memberi kamu satu nasihat. Jauhi Muhammad! Jangan pernah memikirkan kata-katanya atau mengikuti jalannya. Kalau kamu lakukan itu, kamu tidak akan pernah mendapatkan ketenangan. Yang ada hanya masalah.”
Pada saat laki-laki itu berbalik menjauh, wanita itu menghentikannya, “Maaf, sebelum kita berpisah, boleh saya tahu namamu, anak muda?” Lalu laki-laki itu memberitahukannya dan wanita itu terkejut setengah mati.
“Maaf, apa yang kamu bilang? Kata-katamu tidak terdengar jelas. Telinga saya semakin tua, terkadang saya tidak bisa mendengar dengan baik. Kelihatannya lucu, saya pikir tadi saya mendengar kamu mengucapkan Muhammad.”
“Saya Muhammad,” laki-laki itu mengulang kata-katanya lagi pada wanita tua itu.
Wanita itu terpaku memandangi Rasulullah SAW. Tak berapa lama meluncur kata-kata dari mulutnya, “Aku bersaksi tiada tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan-Nya.“
Demikianlah Rasulullah SAW. Hanya dengan dua kata dari mulutnya yang mulia, serta dibekali dengan kerendahan hati, kesabaran, dan kewibawaan yang luar biasa, beliau sanggup mengubah hati seorang wanita tua yang sebelumnya sangat membencinya menjadi mencintainya hanya dalam waktu singkat.
Betapa agungnya peribadi baginda!
“Senang sekali kamu mau membantu dan menemani, saya sangat menghargainya”, kata wanita itu. Ternyata ia adalah seorang wanita yang senang berbicara. Laki-laki itu pun dengan sabar mendengarkan sambil tersenyum tanpa pernah menginterupsinya. Suatu saat dia berkata pada laki-laki tersebut, “Anak muda, selama kita berjalan bersama, saya hanya punya satu permintaan. Jangan berbicara apapun tentang Muhammad! Gara-gara dia, tidak ada lagi rasa damai dan saya sangat terganggu dengan pemikirannya. Jadi sekali lagi, jangan berbicara apapun tentang Muhammad!”.
Dia lalu melanjutkan lagi, “Orang itu benar-benar membuat saya kesal. Saya selalu mendengar nama dan reputasinya kemanapun saya pergi. Dia dikenal berasal dari keluarga dan suku yang terpercaya, tapi tiba-tiba dia memecah belah orang-orang dengan mengatakan bahwa tuhan itu satu.”
“Dia menjerumuskan orang yang lemah, orang miskin, dan budak-budak. Orang-orang itu berpikir mereka akan dapat menemukan kekayaan dan kebebasan dengan mengikuti jalannya,” wanita itu melanjutkan dengan kesal. “Dia merusak anak-anak muda dengan memutarbalikkan kebenaran. Dia meyakinkan mereka bahwa mereka kuat dan bahwa ada suatu tujuan yang bisa diraih. Jadi anak muda, jangan sekali-kali kamu berbicara tentang Muhammad!”
Tak lama kemudian, mereka sampai ke tempat tujuan. Laki-laki itu menurunkan barang bawaannya. Wanita tua itu menatapnya sambil tersenyum penuh terima kasih. “Terima kasih banyak, anak muda. Kamu sangat baik. Kemurahan hati dan senyuman kamu itu sangat jarang saya temukan. Biarkan saya memberi kamu satu nasihat. Jauhi Muhammad! Jangan pernah memikirkan kata-katanya atau mengikuti jalannya. Kalau kamu lakukan itu, kamu tidak akan pernah mendapatkan ketenangan. Yang ada hanya masalah.”
Pada saat laki-laki itu berbalik menjauh, wanita itu menghentikannya, “Maaf, sebelum kita berpisah, boleh saya tahu namamu, anak muda?” Lalu laki-laki itu memberitahukannya dan wanita itu terkejut setengah mati.
“Maaf, apa yang kamu bilang? Kata-katamu tidak terdengar jelas. Telinga saya semakin tua, terkadang saya tidak bisa mendengar dengan baik. Kelihatannya lucu, saya pikir tadi saya mendengar kamu mengucapkan Muhammad.”
“Saya Muhammad,” laki-laki itu mengulang kata-katanya lagi pada wanita tua itu.
Wanita itu terpaku memandangi Rasulullah SAW. Tak berapa lama meluncur kata-kata dari mulutnya, “Aku bersaksi tiada tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan-Nya.“
Demikianlah Rasulullah SAW. Hanya dengan dua kata dari mulutnya yang mulia, serta dibekali dengan kerendahan hati, kesabaran, dan kewibawaan yang luar biasa, beliau sanggup mengubah hati seorang wanita tua yang sebelumnya sangat membencinya menjadi mencintainya hanya dalam waktu singkat.
Betapa agungnya peribadi baginda!
Edisi Agama! Bertabarruk dengan kubur Rasulullah!
Oleh Kaki Wayang on
SEPERTI yang telah kita bincangkan minggu lepas, terdapat banyak
riwayat daripada Salafus Soleh yang merakamkan bahawa mereka menerima
dan beramal dengan bertabarruk dengan kesan-kesan atau bekas
peninggalan Nabi SAW dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah.
Pandangan ini turut dipegang oleh Ibnu Taimiyyah dan Imam Al-Zahabi
seperti yang kita petik di bawah. Mereka ini merupakan di antara rujukan
pilihan bagi kelompok yang cenderung anti-tabarruk pada zaman ini.
Al-Qadhi 'Iyadh berkata: "Abdullah ibn Umar SAW pernah dilihat
meletakkan tangannya di atas tempat duduk Rasulullah SAW di mimbarnya.
Kemudian dia meletakkan tangannya itu di mukanya." Diriwayatkan daripada
Ibnu Qusait dan al-'Utbi: "Apabila masjid telah kosong, para sahabat
Nabi SAW mengusap tombol mimbar yang terletak berhampiran kubur Nabi SAW
dengan tangan kanan, kemudian mereka menghadap kiblat seraya
memanjatkan doa. "Berkata al-Mulla Ali al-Qari, pensyarah kitab al-Syifa: Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Sa'ad. (Al-Shifa', 3:518)
Hadis ini juga diriwayatkan oleh Syeikh Ibnu Taimiyyah daripada Imam
Ahmad. Beliau memberi rukhsah mengenai mengusap mimbar dan tombol kayu
tersebut dan menyebut bahawa Ibnu Umar, Sa'id ibn al Musayyib, dan Yahya
ibn Sa'id RA dari kalangan fuqaha Madinah, melakukan perkara tersebut.
(Ibnu Taimiyyah, Iqtido' Sirot al-Mustaqim, H: 367)
Ketika Amir al-Mukminin, Umar ibn al-Khattab RA hampir wafat, beliau berkata kepada anaknya, Abdullah RA, Pergilah
kamu kepada Ummul Mukminin, Sayyidah 'Aisyah RA dan katakanlah, "Umar
menyampaikan salam kepadamu." Jangan kamu katakan Amir al-Mukminin,
kerana hari ini aku bukan lagi ketua kaum Mukminin. Katakan juga
kepadanya, bahawa, "Umar ibn Khattab meminta izin untuk dikebumikan
bersama (berdekatan) kedua orang sahabatnya (Rasulullah SAW dan Abu
Bakar RA)."
Maka Abdullah RA pun memberikan salam dan meminta izin untuk masuk.
Lalu dia pun masuk dan mendapati Sayyidah Aisyah RA sedang duduk
menangis. Abdullah RA berkata, "Umar menyampaikan salam kepadamu dan
meminta izin untuk dikebumikan berhampiran kedua orang sahabatnya."
'Aisyah berkata, "Sebenarnya aku menginginkan tempat itu untuk diriku.
Tetapi hari ini, aku akan mendahulukan dia (Umar RA) daripada diriku."
Setelah kembali, maka dikatakan, "Ini Abdullah ibn Umar RA telah
kembali." Umar ibn Khattab RA berkata (kepada para sahabat), "Angkatlah
aku." Lalu beliau disandarkan oleh salah seorang sahabatnya kepada
Abdullah RA. Umar RA berkata, "Apakah berita yang kamu bawa?" Dia
berkata, "Berita yang kamu suka, wahai Amir al-Mukminin! Kamu telah
diizinkan." Umar RA berkata, "Alhamdulilah, tidak ada sesuatu yang lebih
penting bagiku selain daripada itu. Sekiranya aku telah wafat, bawalah
aku dan ucapkanlah salam kepada 'Aisyah, dan katakanlah, "Umar meminta
izin." Jika dia mengizinkan aku, maka masukkanlah aku. Tetapi jika dia
menolakku, kembalikanlah aku ke perkuburan kaum Muslimin. (riwayat
Bukhari dalam kitab Janaiz)
Pandangan Imam Al-Zahabi
Berkata al Imam Syamsuddin Muhammad ibn Ahmad al-Zahabi:
Telah mengkhabarkan kepada kami Ahmad ibn Abdul Mun'im lebih daripada
sekali, telah menyampaikan kepada kami Abu Ja'far al-Soidalani secara
bertulis, telah menyampaikan kepada kami Abu Ali al-Haddad secara
berdepan, telah menyampaikan kepada kami Abu Nu'aim al-Hafiz, telah
menyampaikan kepada kami Abdullah ibn Ja'far, telah menyampaikan kepada
kami Muhammad ibn 'Asim, telah menyampaikan kepada kami Abu Usamah,
daripada Ubaidillah, daripada Nafi' daripada Ibnu Umar RA, "Sesungguhnya
dia membenci perbuatan mengusap kubur Nabi SAW." Saya berpendapat: Ibnu
Umar RA membenci perbuatan tersebut kerana melihat ketiadaan adab dan
ketidaksopanan orang yang berkunjung ke kubur Nabi SAW.
Imam Ahmad RA pernah ditanya tentang hukum mengusap kubur Nabi SAW
dan mengucupnya. Maka dia tidak berpendapat, perbuatan tersebut adalah
salah. Telah meriwayatkan daripadanya anaknya, Abdullah ibn Ahmad.
Justeru, sekiranya ditimbulkan persoalan: Kenapa sahabat tidak
melakukan perbuatan tersebut? Maka dijawab: Kerana mereka dapat melihat
dan bertemu dengan Rasulullah SAW dengan mata kepala mereka sendiri
semasa Baginda SAW masih hidup. Mereka bergaul dengannya dan mencium
tangannya. Nyaris-nyaris mereka berbunuh-bunuhan untuk mendapatkan air
wuduknya.
Mereka mengagih-agihkan rambutnya yang suci pada musim haji yang
agung. Apabila Baginda SAW berludah, belum pun sempat ludahnya jatuh ke
tanah, ia telah disambut oleh tangan seorang sahabat, lalu dia menyapu
mukanya dengan air ludah tersebut.
Adapun kami, disebabkan kami tidak berpeluang mendapat tuah atau
keuntungan yang begitu sempurna dan indah, maka kami lebih sepatutnya
mengunjungi kuburnya dengan penuh iltizam, penghormatan, penyerahan dan
mengucupnya. Adakah kamu tidak melihat, bagaimana Thabit al-Bunani telah
melakukannya? Beliau telah mengucup tangan Anas ibn Malik RA dan
meletakkan tangannya ke mukanya sambil berkata, "Ini adalah tangan yang
pernah menyentuh tangan Rasulullah SAW." Perbuatan sebegini tidak akan
digerakkan oleh seorang Muslim kecuali kerana lonjakan kasih yang
bersangatan terhadap Rasulullah SAW.
Bahkan, sememangnya seorang Muslim itu disuruh mengasihi Allah dan
Rasul SAW melebihi kasihnya terhadap dirinya, anak-anaknya, manusia
seluruhnya, harta benda, syurga dan bidadarinya. Bahkan, terdapat
sebahagian daripada kaum Mukminin itu mengasihi Abu Bakar RA dan Umar RA
melebihi daripada kasih terhadap diri mereka sendiri.
Diceritakan kepada kami, bahawa ketika Jundar berada di bukit
al-Biqa', dia mendengar seseorang mencaci Abu Bakar RA. Lalu dia
menghunus pedangnya dan memenggal kepala orang tersebut.
Tetapi jika dia mendengar orang mencaci dirinya atau bapanya belum
tentu dia akan menghalalkan darah orang tersebut. Lihatlah, seorang
sahabat yang berada dalam kecintaan yang begitu mendalam terhadap Nabi
SAW berkata, "Bolehkah kami sujud kepadamu?" Maka Baginda SAW bersabda,
"Tidak boleh."
Sekiranya mereka diizinkan, sudah pasti mereka akan sujud kepadanya
kerana membesarkan dan memuliakan Baginda SAW, bukan kerana menyembah
atau beribadat kepadanya sebagaimana sujud saudara-saudara Nabi Yusuf AS
kepadanya. Begitu jugalah dengan perbuatan, sujud seorang Muslim kepada
kubur Nabi SAW kerana membesarkan dan memuliakan Baginda SAW. Ia tidak
dikira kufur pada asalnya, tetapi dikira berdosa melakukannya. Justeru,
ketahuilah bahawa ini adalah perkara yang dilarang, begitu juga dengan
melakukan solat menghadap kubur. (Al-Zahabi, Mu'jam Al-Syuyukh, 1:73-74)
Betol-betol Insaf! Pesan Rasulullah S.A.W!
Oleh Kaki Wayang on
Daripada Abu Hurairah r.a. dia berkata Rasulullah saw telah bersabda. "Tiga orang yang tidak ditolak doa-doa mereka. Seorang yang berpuasa sehingga dia berbuka, seorang imam (pemerintah) yang adil dan doa seorang yang dizalimi. Allah S.W.T. akan mengangkatnya ke atas awan dan dibuka untuknya pintu-pintu langit dan Allah S.W.T. akan berfirman, "Demi kemuliaanKu, pasti Aku akan menolong kamu walaupun selepas beberapa ketika (demi sesuatu muslihat)."
Edisi Khas Kisah-kisah Nabi! Malaikat JIBRIL menemui Rasulullah SAW di Bukit Qubais
Oleh Kaki Wayang on