begitulah awan nano
setia melindungi diri
tika panas mencuba menggores pipi
dan bibirmu
begitulah awan nano
sering saja tak terduga hadir
dan tak akan tercapai jejarimu
Awan
apabila memutih di langit, tak ramai yang menghargai akan kewujudannya.
Hadirnya sekecil zarah nano yang halus. Kalau ada, adalah. Kalau tiada,
tak mengapa. Hanya apabila terik mentari membakar pipi, ketika itulah
kita tercari-cari lindungan redupnya. Hanya apabila mendung menyelubungi
hari, ketika itulah kita ternanti-nanti kemunculan lingkaran peraknya.
Sayangilah
mereka selama masih mereka di depan mata. Jangan tunggu sehingga awan
nano merajuk membawa pergi hujan jauh dari bumi lantas membiarkan
mentari membakar kulit.
Dengarkan
lagu ketiga Hafez bertajuk Awan Nano ciptaan M Nasir dan lirik sulung
nukilan Buddhi Hekayat (gambar). Tuan Buddhi, sebetulnya maksud awan
nano itu apa ya? Kata seorang teman kepada Buddhi di tansrikudu.blogspot,
Awan Nano bukan sekadar lagu, ia adalah sejarah. Buddhi Hekayat pula
kata awan nano kalau diceritakan, takutnya akan berkolah air mata. Wah!