Hal ini penting untuk diketahui, terutama oleh
pemuda-pemuda kita yang sering pergi ke negara-negara Eropa
dan Amerika, yang menjadikan daging babi sebagai makanan
pokok dalam hidangan mereka.
Dalam kesempatan ini, saya sitir kembali kejadian yang
berlangsung ketika Imam Muhammad Abduh mengunjungi Perancis.
Mereka bertanya kepadanya mengenai rahasia diharamkannya
babi dalam Islam. Mereka bertanya kepada Imam, "Kalian (umat
Islam) mengatakan bahwa babi haram, karena ia memakan sampah
yang mengandung cacing pita, mikroba-mikroba dan
bakteri-bakteri lainnya. Hal itu sekarang ini sudah tidak
ada. Karena babi diternak dalam peternakan modern, dengan
kebersihan terjamin, dan proses sterilisasi yang mencukupi.
Bagaimana mungkin babi-babi itu terjangkit cacing pita atau
bakteri dan mikroba lainnya.?"
Imam Muhammad Abduh tidak langsung menjawab pertanyaan
itu, dan dengan kecerdikannya beliau meminta mereka untuk
menghadirkan dua ekor ayam jantan beserta satu ayam betina,
dan dua ekor babi jantan beserta satu babi betina.
Mengetahui hal itu, mereka bertanya, "Untuk apa semua
ini?" Beliau menjawab, "Penuhi apa yang saya pinta, maka
akan saya perlihatkan suatu rahasia."
Mereka memenuhi apa yang beliau pinta. Kemudian beliau
memerintahkan agar melepas dua ekor ayam jantan bersama satu
ekor ayam betina dalam satu kandang. Kedua ayam jantan itu
berkelahi dan saling membunuh, untuk mendapatkan ayam betina
bagi dirinya sendiri, hingga salah satu dari keduanya hampir
tewas. Beliau lalu memerintahkan agar mengurung kedua ayam
tersebut.
Kemudian beliau memerintahkan mereka untuk melepas dua
ekor babi jantan bersama dengan satu babi betina. Kali ini
mereka menyaksikan keanehan. Babi jantan yang satu membantu
temannya sesama jantan untuk melaksanakan hajat seksualnya,
tanpa rasa cemburu, tanpa harga diri atau keinginan untuk
menjaga babi betina dari temannya.
Selanjutnya beliau berkata, "Saudara-saudara, daging babi
membunuh 'ghirah' orang yang memakannya. Itulah yang terjadi
pada kalian. Seorang lelaki dari kalian melihat isterinya
bersama lelaki lain, dan membiarkannya tanpa rasa cemburu,
dan seorang bapak di antara kalian melihat anak perempuannya
bersama lelaki asing, dan kalian membiarkannya tanpa rasa
cemburu, dan was-was, karena daging babi itu menularkan
sifat-sifatnya pada orang yang memakannya."
Kemudian beliau memberikan contoh yang baik sekali dalam
syariat Islam. Yaitu Islam mengharamkan beberapa jenis
ternak dan unggas yang berkeliaran di sekitar kita, yang
memakan kotorannya sendiri. Syariah memerintahkan bagi orang
yang ingin menyembelih ayam, bebek atau angsa yang memakan
kotorannya sendiri agar mengurungnya selama tiga hari,
memberinya makan dan memperhatikan apa yang dikonsumsi oleh
hewan itu. Hingga perutnya bersih dari kotoran-kotoran yang
mengandung bakteri dan mikroba. Karena penyakit ini akan
berpindah kepada manusia, tanpa diketahui dan dirasakan oleh
orang yang memakannya. Itulah hukum Allah, seperti itulah
hikmah Allah.
Ilmu pengetahuan modern telah mengungkapkan banyak
penyakit yang disebabkan mengkonsumsi daging babi. Sebagian
darinya disebutkan oleh Dr. Murad Hoffman, seorang Muslim
Jerman, dalam bukunya "Pergolakan Pemikiran: Catatan Harian
Muslim Jerman", halaman 130-131: "Memakan daging babi yang
terjangkiti cacing babi tidak hanya berbahaya, tetapi juga
dapat menyebabkan meningkatnya kandungan kolestrol dan
memperlambat proses penguraian protein dalam tubuh, yang
mengakibatkan kemungkinan terserang kanker usus, iritasi
kulit, eksim, dan rematik. Bukankah sudah kita ketahui,
virus-virus influenza yang berbahaya hidup dan berkembang
pada musim panas karena medium babi?"
Dr. Muhammad Abdul Khair, dalam bukunya
Ijtihâdât fi at Tafsîr al Qur'an al
Karîm, halaman 112, menyebutkan beberapa penyakit yang
disebabkan oleh daging babi: "Daging babi mengandung
benih-benih cacing pita dan cacing trachenea lolipia.
Cacing-cacing ini akan berpindah kepada manusia yang
mengkonsumsi daging babi tersebut. Patut dicatat, hingga
saat ini, generasi babi belum terbebaskan dari cacing-cacing
ini. Penyakit lain yang ditularkan oleh daging babi banyak
sekali, di antaranya:
- Kolera babi. Yaitu penyakit berbahaya yang disebabkan oleh virus
- Keguguran nanah, yang disebabkan oleh bakteri prosillia babi.
- Kulit kemerahan, yang ganas dan menahun. Yang pertama bisa menyebabkan kematian dalam beberapa kasus, dan yang kedua menyebabkan gangguan persendian.
- Penyakit pengelupasan kulit.
- Benalu eskares, yang berbahaya bagi manusia.
Fakta-fakta berikut cukup membuat seseorang untuk segera
menjauhi babi:
- Babi adalah hewan yang kerakusannya dalam makan tidak tertandingi hewan lain. Ia makan semua makanan di depannya. Jika perutnya telah penuh atau makanannya telah habis, ia akan memuntahkan isi perutnya dan memakannya lagi, untuk memuaskan kerakusannya. Ia tidak akan berhenti makan, bahkan memakan muntahannya.
- Ia memakan semua yang bisa dimakan di hadapannya. Memakan kotoran apa pun di depannya, entah kotoran manusia, hewan atau tumbuhan, bahkan memakan kotorannya sendiri, hingga tidak ada lagi yang bisa dimakan di hadapannya.
- Ia mengencingi kotoranya dan memakannya jika berada di hadapannya, kemudian memakannya kembali.
- Ia memakan sampah, busuk-busukan, dan kotoran hewan.
- Ia adalah hewan mamalia satu-satunya yang memakan tanah, memakannya dalam jumlah besar dan dalam waktu lama, jika dibiarkan.
- Kulit orang yang memakan babi akan mengeluarkan bau yang tidak sedap.
- Penelitian ilmiah modern di dua negara Timur dan Barat, yaitu Cina dan Swedia --Cina mayoritas penduduknya penyembah berhala, sedangkan Swedia mayoritas penduduknya sekular-- menyatakan: daging babi merupakan merupakan penyebab utama kanker anus dan kolon. Persentase penderita penyakit ini di negara-negara yang penduduknya memakan babi, meningkat secara drastis. Terutama di negara-negara Eropa, dan Amerika, serta di negara-negara Asia (seperti Cina dan India). Sementara di negara-negara Islam, persentasenya amat rendah, sekitar 1/1000. Hasil penelitian ini dipublikasikan pada 1986, dalam Konferensi Tahunan Sedunia tentang Penyakit Alat Pencernaan, yang diadakan di Sao Paulo.